LONDON– Siapa bilang mengisap shisha tidak berbahaya? Penelitian yang dilakukan kolaborasi Departemen Kesehatan dan Pusat Kontrol Tembakau di Inggris menemukan fakta yang menyebutkan mengisap Shisha sama berbahayanya dengan mengisap rokok tembakau.
Menurut hasil penelitian, seperti dikutip dari BBC, Kamis (27/8) waktu setempat, masyarakat yang mengisap rokok shisha atau tembakau herbal akan beresiko mengalami peningkatan kadar karbon monoksida dalam tubuh. Hal itu disebabkan, dalam satu sesi mengisap rokok shisha memiliki kecenderungan 4-5 kali lebih tinggi kandungan karbon monoksida dalam tubuh ketimbang saat mengisap rokok tembakau. Tingginya kadar kabon monoksida ini nantinya berpotensi menyebabkan kerusakan otak dan kondisi tidak sadar.
Shisa merupakan rokok tradisional jazirah timur tengah, yang menggunakan ektrak buah pengganti tembakau yang dibakar menggunakan batu bara. Prosesnya lantas menggunakan air sebagai filter hingga meminimalisir kadar nikotin yang masuk ke tubuh.
Departemen Kesehatan Inggris mengatakan, begitu sulit untuk mengetahui seberapa besar karbon monoksida yang diproduksi dari sebatang rokok hingga dapat dibedakan dengan merokok tembakau biasa.
Akan tetapi alat pengukur kadar karbon monoksida dalam tarikan nafas menunjukan untuk non perokok kadar monoksida dalam darah hanya berkisar kurang dari 1% , perokok pasif memiliki kadar monoksida dalam darah berkisar antara 20-40 ppm atau 2-4% dan untuk perokok berat, kadar monoksida dalam darah bisa mencapai 30-40 ppm, atau 5-7%. Sementara menurut hasil penelitian, para perokok shisa memiliki kadar karbon monoksida dalam darah mencapai 40-70 ppm atau 8-12%.
Dr. Hilary Wareingm Direktur Pusat Kolaborasi Kontrol Tembakau mengatakan, dirinya begitu terkejut saat mendengar hasil penelitian.”Mulut kita begitu terbuka terhadap level kerugian, tidak ada satupun penelitian yang menunjukan hasil mengejutkan daripada Shisha yang ternyata berbahaya bagi kesehatan, ” tukasnya.
Sementara itu, Paul Hooper, Regional Manager, Depertemen Kesehatan Kerajaan Inggris menyatakan penemuan hasil penelitian yang menyimpulkan shisa berbahaya bagi kesehatan akan menjadi isu besar. Bahkan untuk Individu yang menganggap Shihsa bukanlah terhitung merokok
Tren
Sebelum penelitian dilakukan, Shisha merupakan favorit bagi warga keturunan arab yang tinggal di Inggris. Tidak hanya di Inggris, konsumsi Shisha juga menjadi tren di negara-negara lain termasuk juga Indonesia. Setiap akhir pekan, tempat-tempat yang menawarkan Shisha praktis dipenuhi pengunjung.
Namun, usai sosialisasi hasil penelitian dilakukan, sejumlah warga Inggris mengaku terkejut. “Bila anda belum tahu tentang berita ini, tentu sangat berbahaya, jangan lakukan itu. Shisha tidak memiliki peringatan berbahaya seperti yang diberikan pada rokok,” ujar salah seorang perempuan muda.
Sementara itu, pemuda keturunan Pakistan juga merasa terkejut. Dia tidak menyangka, konsumsi Shisha begitu berbahaya.” Jika ibu saya tahu, saya mengisap Shisha. Dia secara serius tidak akan mengizinkan saya mengisapnya, sama halnya saya dilarang merokok tembakau,” tutur si pemuda.
Kesalahan utama dari konsumsi Shisha adalah miskonsepsi. Sebelum dilakukan penelitian, mengisap Shisha tidaklah berbahaya. Namun, fakta-fakta yang ditemukan dalam penelitian mengubah itu semua. “Kami menemukan fakta dimana satu sesi Shisha – menghabiskan 10 mg ektrak buah tembakau untuk 30 menit- dapat meningkatkan kadar karbon monoksida 4-5 kali ketimbang merokok,” tutur Wareing.Yang lebih buruk, ujarnya, menghisap Shisha 400-450 kali bisa membahayakan kesehatan ketimbang merokok tembakau.
Pro-Kontra
Beberapa kalangan di Inggris mengaku memilih berpikir dua kali untuk menghisap Shisha usai mengetahui hasil penelitian tentang Shisha. “Anda tahu, anda bisa mati karena merokok, tapi anda tidak pernah tahu anda akan mati karena Shisa,” ujar salah satu perokok Shisha di Sebuah Kafe khusus Shisa di London. Untuk memperjelas temuan tersebut, dia memilih untuk segera ke rumah dan mencari tahu.
Meski begitu, tidak semua warga di Inggris memiliki pandangan yang sama terkait hasil penelitian tentang Shisha. Akram misalnya, pemuda berusia 27 tahun ini memiliki pandangan berbeda. “Memang semua ada resikonya, tapi semua tergantung saat mengkonsumsi, dan fakta-fakta yang dapat saya lihat menyimpulkan bahwa merokok Shisa tidak sama dengan merokok biasa,” tukasnya.
Pendapat lain juga diungkapkan Aktivis Kesehatan NHS Stop Smoking di Leicester, Qasim Choudry. Menurutnya, berbagi pipa hisap Shisha diyakini menyebabkan infeksi. “Begitu banyak resiko penyebab TBC, Hepes dan infeksi lain sebagai akibat berbagai pipa Shisha,” ujarnya.
Dia juga menjelaskan, perkembangan flu babi yang menjadi perbincangan hangat saat ini mungkin tidak memiliki hubungan langsung. Akan tetapi dia meramalkan bila gaya hidup masyarakat tidak higienis termasuk berbagi pipa hisap Shisha akan memungkinkan flu babi menjadi bagian dari akibat buruk menghisap Shisha.
Meski begitu, Dr Warein merasa lebih tepat apabila masyarakat sendiri yang memilih untuk mencerna informasi terkait bahaya Shisha. Pendapat yang sama juga disampaikan Paul Hooper dari Departemen Kerajaan Inggris. Dia menyatakan hingga saat ini pihaknya berupaya keras untuk mencari cara bagaimana memberikan pesan yang tepat kepada masyarakat bahwa mengisap shisa itu berbahaya. “Tapi pertanyaanya, apakah anda akan memberikan label pada tembakau dan pipa hisap Shisha?itu tidak semudah memberikan label dari sebungkus rokok,” pungkasnya. (bbc/cr2/rin)
sumber : Kaskus